Film China yang Dilarang Tayang di Indonesia karena Kontroversi

Industri perfilman Tiongkok dikenal luas karena menghasilkan karya-karya berkualitas yang sering kali menyabet penghargaan internasional. Namun, tidak semua film produksi China bisa dinikmati oleh seluruh negara, termasuk Indonesia. Beberapa film menghadapi larangan tayang karena mengandung unsur kekerasan ekstrem, adegan vulgar, isu sensitif seperti LGBT, atau bahkan kritik terhadap sejarah dan sistem politik. Berikut ini adalah deretan film China yang dilarang tayang di Indonesia karena dinilai kontroversial atau tidak sesuai dengan standar sensor di Tanah Air.

Daftar Film China yang Dilarang Tayang di Indonesia

Larangan penayangan terhadap film-film ini umumnya dilakukan oleh Lembaga Sensor Film (LSF) karena muatan konten yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial masyarakat Indonesia. Meski tidak semua menuai kontroversi secara global, tapi film-film berikut dianggap terlalu sensitif untuk ditayangkan secara legal di Indonesia.

1. East Palace, West Palace (1996)

Film ini menjadi pionir dalam mengangkat isu LGBT di Tiongkok. Disutradarai oleh Zhang Yuan, cerita berkisar tentang hubungan antara seorang penulis homoseksual dan seorang polisi. Karena pada masanya isu homoseksual dianggap tabu, film ini tidak hanya dilarang di Tiongkok, tapi juga tak bisa tayang di Indonesia karena dinilai tidak sesuai dengan norma dan budaya lokal.

2. Lost in Beijing (2007)

Film ini menuai kontroversi karena menggambarkan tema yang sangat vulgar, mulai dari prostitusi hingga pemerkosaan. Ceritanya berpusat pada pasangan muda yang harus menghadapi kenyataan pahit ketika sang istri diperkosa oleh bosnya sendiri. Film ini dilarang tayang di Indonesia karena muatan seksual eksplisit yang sangat kental.

3. Postman (1995)

Postman adalah drama psikologis tentang seorang tukang pos yang terobsesi membaca surat-surat orang lain. Film ini dianggap tidak bermoral karena menampilkan penyimpangan perilaku, voyeurisme, dan obsesi yang tidak sehat. Meski berhasil dirilis di luar negeri, film ini tidak mendapatkan izin tayang di Indonesia.

4. Devils on the Doorstep (2000)

Disutradarai dan diperankan oleh Jiang Wen, film ini mengisahkan tentang dua tawanan perang Jepang yang ditahan di sebuah desa selama Perang Dunia II. Meski menyabet Grand Prix di Festival Cannes, film ini menuai larangan di Indonesia karena dianggap menampilkan narasi sejarah yang sensitif dan bertentangan dengan citra nasionalisme yang diharapkan.

5. To Live (1994)

Film karya Zhang Yimou ini dianggap sebagai kritik terhadap kebijakan pemerintah Tiongkok pada masa Revolusi Kebudayaan. Meski menang banyak penghargaan, film ini tak mendapat izin tayang di beberapa negara termasuk Indonesia karena isinya dianggap terlalu politis dan menyudutkan sistem pemerintahan.

6. Mr. Zhao (1998)

Film komedi satir ini sebenarnya tidak mengandung kekerasan atau pornografi, namun mengangkat tema perselingkuhan dan kehidupan rumah tangga yang rumit. Dianggap terlalu vulgar dari sisi moralitas, film ini akhirnya dicekal dari banyak bioskop Asia, termasuk Indonesia.

7. Suzhou River (2000)

Menggambarkan kisah cinta rumit di pinggiran sungai Suzhou, film ini diboikot oleh pemerintah China sendiri setelah tayang di festival luar negeri. Di Indonesia, film ini tidak mendapatkan izin tayang karena narasinya dianggap terlalu gelap dan menampilkan degradasi sosial secara eksplisit.

8. Seventeen Years (1999)

Film ini mengangkat isu pengampunan dan konflik keluarga yang berakhir dengan hukuman penjara selama 17 tahun bagi seorang gadis. Meski cukup menyentuh dan mendapat apresiasi internasional, film ini dicekal karena dianggap menyampaikan pesan yang menyimpang dari nilai-nilai ideologis yang berlaku.

9. Summer Palace (2006)

Film ini tidak disebutkan dalam referensi, namun layak masuk daftar. Summer Palace disutradarai oleh Lou Ye dan menggambarkan kehidupan cinta di tengah pergolakan politik di Tiongkok pasca demonstrasi Tiananmen. Banyak adegan seksual eksplisit dan kritik terhadap pemerintah, membuat film ini dilarang tayang di China dan Indonesia.

10. The Blue Kite (1993)

Film ini menyoroti masa-masa sulit di bawah pemerintahan Mao Zedong. Karena mengandung kritik terang-terangan terhadap sistem komunis, The Blue Kite tidak hanya dilarang di Tiongkok, tetapi juga tak pernah tayang resmi di Indonesia. Film ini menggambarkan sejarah dari sudut pandang keluarga biasa yang kehilangan harapan dan kepercayaan terhadap pemerintah.

Kenapa Film-Film Ini Dilarang?

Alasan utama larangan tayang film-film di atas adalah karena mereka mengandung unsur yang dianggap sensitif seperti: kekerasan ekstrem, eksploitasi seksual, narasi politik yang menyinggung penguasa, hingga penggambaran identitas seksual non-heteronormatif. Lembaga Sensor Film Indonesia bertugas memastikan konten yang beredar sesuai dengan nilai sosial, hukum, dan budaya lokal. Karena itulah, banyak film internasional termasuk dari China tidak bisa masuk ke pasar Indonesia meski populer di luar negeri.

Penutup

Kontroversi dalam dunia perfilman bukanlah hal baru. Sering kali, nilai seni dan ekspresi kreatif berbenturan dengan norma dan sensor lokal. Meski film-film tersebut dilarang tayang di Indonesia, beberapa dari mereka bisa diakses melalui festival film luar negeri atau platform daring internasional. Sebagai penonton, kita dituntut untuk lebih bijak dalam menyaring tontonan, memahami konteks budaya, dan melihat sebuah karya dari berbagai sudut pandang.

Baca Juga: Rekomendasi Drama Terbaik Zhao Lusi yang Wajib Ditonton

Penulis

© JendelaIlmuPutih | Kumpulan Informasi Teraktual dan Kredibel. All Rights Reserved.