Dalam era digital saat ini, penggunaan perangkat seperti smartphone, tablet, komputer, dan televisi sudah menjadi bagian dari rutinitas harian. Screen time atau waktu yang dihabiskan di depan layar kini menjadi indikator penting yang perlu diperhatikan oleh semua kalangan usia. Meskipun memberikan banyak kemudahan, durasi screen time yang berlebihan dapat membawa dampak serius terhadap kesehatan fisik, mental, dan kualitas hidup seseorang. Maka dari itu, penting untuk memahami durasi screen time yang ideal dan bagaimana cara mengelolanya secara bijak.
Para ahli kesehatan anak, seperti American Academy of Pediatrics, memberikan pedoman yang berbeda tergantung pada kelompok usia. Untuk anak usia 0–2 tahun, sebaiknya tidak diberikan screen time sama sekali kecuali untuk video call interaktif. Anak usia 2–5 tahun disarankan tidak melebihi satu jam per hari dengan konten edukatif dan pendampingan orang dewasa. Sementara anak usia 6 tahun ke atas, termasuk remaja, tetap perlu pengawasan meskipun tidak ada batasan waktu yang kaku, asalkan tidak mengganggu aktivitas fisik, tidur, dan tugas sekolah.
Menurut laporan dari DataReportal, rata-rata durasi screen time global mencapai hampir 7 jam per hari. Di beberapa negara, khususnya di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, angka ini bahkan melebihi 10 jam. Sebagian besar waktu tersebut dihabiskan untuk penggunaan media sosial, menonton video, dan bermain game. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana teknologi telah mengambil peran besar dalam gaya hidup masyarakat modern.
Dewasa juga tidak lepas dari penggunaan layar yang berlebihan. Rata-rata orang dewasa menghabiskan sekitar 30 jam per minggu di depan layar ponsel, belum termasuk komputer atau televisi. Meskipun banyak digunakan untuk pekerjaan, screen time yang tidak dibatasi bisa mengganggu kesehatan mental dan kualitas hidup. Karena itu, kesadaran individu sangat penting untuk mengatur batasannya sendiri, terutama di luar jam kerja.
Terlalu lama berada di depan layar dapat menyebabkan postur tubuh yang buruk, ketegangan pada mata (digital eye strain), sakit kepala, serta nyeri leher dan punggung. Selain itu, screen time yang tinggi juga dikaitkan dengan gaya hidup tidak aktif, yang dapat memicu peningkatan risiko obesitas dan berbagai penyakit kronis seperti diabetes.
Banyak studi menunjukkan adanya korelasi antara durasi screen time yang tinggi dengan meningkatnya risiko depresi, kecemasan, hingga masalah kepercayaan diri, terutama pada remaja. Konten yang dikonsumsi secara terus-menerus di media sosial juga dapat menyebabkan perbandingan sosial yang tidak sehat dan tekanan emosional.
Paparan cahaya biru dari layar sebelum tidur bisa menghambat produksi hormon melatonin, yang berperan dalam mengatur siklus tidur. Akibatnya, seseorang bisa mengalami insomnia atau kualitas tidur yang buruk, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan kesehatan secara keseluruhan.
Mengaktifkan fitur 'Do Not Disturb' atau mode fokus dapat membantu mengurangi gangguan dari notifikasi yang masuk. Hal ini sangat berguna saat bekerja, belajar, atau saat ingin beristirahat tanpa interupsi.
Mengatur waktu khusus untuk menggunakan perangkat layar, seperti hanya membuka media sosial selama 30 menit sehari atau tidak menggunakan gadget setelah pukul 9 malam, bisa membantu menyeimbangkan kehidupan digital dan realita. Penggunaan aplikasi kontrol waktu layar juga dapat menjadi alat bantu efektif.
Mengisi waktu luang dengan kegiatan fisik seperti olahraga, berjalan kaki, berkebun, atau aktivitas sosial seperti berbicara langsung dengan teman dan keluarga, bisa membantu mengalihkan perhatian dari layar sekaligus menjaga kesehatan tubuh dan pikiran.
Letakkan ponsel atau perangkat lain di luar kamar tidur untuk menghindari godaan scrolling sebelum tidur. Mengganti kebiasaan ini dengan membaca buku fisik atau meditasi bisa membantu memperbaiki kualitas tidur.
Durasi screen time yang tidak terkendali dapat berdampak serius terhadap kesehatan, baik fisik maupun mental. Oleh karena itu, penting untuk memahami batasan waktu layar yang ideal berdasarkan usia dan kebutuhan masing-masing individu. Mengatur screen time bukan berarti memutus hubungan dengan teknologi, tetapi lebih kepada menciptakan keseimbangan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan strategi sederhana seperti mematikan notifikasi, mengatur jadwal, dan mengganti kebiasaan digital dengan aktivitas produktif lainnya, kamu bisa mengurangi ketergantungan terhadap perangkat dan meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.
© JendelaIlmuPutih | Kumpulan Informasi Teraktual dan Kredibel. All Rights Reserved.